Awalnya tulisan ini
dibuat atas permintaan teman kelas tapi, entahlah, sampai batas waktu
seharusnya tulisan ini selesai, aku belum merampungkannya. Istilahnya, aku
wanprestasi pada janji.
Sungguh tidak mudah
untuk merangkai kata yang didedikasikan khusus untuk dikenang ini. Apalagi
tulisan ini nantinya akan diabadikan bersama Buku Angkatan 2009 kelas 3D
Akuntansi. Sindrom standar tinggiku kampuh. Aku terlalu berharap tulisan ini
bisa sempurna. Akhirnya, terbengkelailah nasibnya.
Maka ku-publish tulisan ini blog pribabdi saja, yang
tiada standar apapun kuterapkan padanya. Terserah pembaca yang menilainya.
:::
Semula Dandelion
Kita bertemu di sini tanpa janji, tak sengaja, bukan rencana,
tapi semua adalah kehendak-Nya. Maka, kita di sini untuk sebuah alasan yang
pasti dan tujuan yang mulia. Alasan yang pasti itu adalah belajar. Sedang
tujuan yang mulia itu adalah mengajar. Kemudian kita saling memberi arti atas
hadirnya perasaan saling memiliki.
Semacam Dandelion
Mungkin kita tak seindah mawar, tak sewangi melati, karena
kita hanyalah bunga sederhana yang berkenan hidup di mana saja dan tumbuh di
sepanjang musim. Di sepanjang jalan, kita hanyalah bunga liar (wild; not danger) yang menanti dijemput
oleh keberuntungan. Mengharap uluran tangan sembarang orang yang berjiwa
selembut angin, untuk membawa kita kepada pertemuan lain.
Tentu saja, bukan kita yang membuat rencana pertemuan ini.
Kita hanya mengikuti gerak alam yang dituntun-Nya agar kita berkumpul. Melalui
angin, benih-benih itu dikumpulkan dalam satu ruang dan waktu yang sama bernama
@Dandelion3D. Tapi semua mengikuti perintah-Nya.
Dan setelahnya, ketika kita harus pergi sendiri-sendiri, kita
berpisah untuk suatu alasan dan akan kembali untuk suatu alasan.
Ketika tiba saatnya berkontribusi, setiap kebaikan kita akan
terbang sporadis untuk menyinggahi tanah-tanah asing yang tandus. Untuk
kemudian tumbuh dan mewarnai kegersangan dengan keindahan. Demikianlah kita,
semacam Dandelion.
Seperti Dandelion
Kita tumbuh tak memilih tempat dan tak meminta waktu. Tapi
kita membaktikan diri tanpa mengenal angka dan huruf. Ketika angin menerbangkan
lalu menjatuhkan kita di negeri antah berantah, di sanalah kita menamam
benih-benih.
Layaknya Dandelion
Kita tumbuh bersama, tapi tetap menjadi diri sendiri. Lalu
kita pergi. Kita bersama karena dikumpulkan-Nya dan kita berpisah untuk
dikumpulkan dalam komunitas lain, untuk berbagi kebaikan di lain tempat dan
lain musim, juga karena-Nya.
Menunai janji ibu pertiwi, menyambangi pelosok-pelosok negeri
untuk berbagi. Kita hanyalah wayang yang harus mengikuti cerita indah Sang Dalang.
Perpisahan adalah bagian yang selalu ada pada setiap perjumpaan.
Karena hidup memang harus berlanjut, berganti, dan berubah.
Dan kita tak mungkin bersama selamanya. Hanya saja, pertemuan yang singkat ini
tak pernah sia-sia. Maka, jangan pernah kita putuskan tali persahabatan yang
pernah kita rajut ini.
Serasa Dandelion
Kita bunga lemah, maka kita harus berkumpul untuk saling
melindungi, memastikan keselamatan atas teman di samping kanan-kirinya.
Salam,
@elmabruri
No comments:
Post a Comment