Di rumah, rasanya
dekat sekali dengan masa lalu. Sebab, banyak kenangan terarsip di kamar ini:
buku-buku sekolah. Lalu dari situ, saya meliat ternyata sudah jauh diri ini
melangkah. Membersamai banyak kawan, menemui beberapa 'lawan', dan kembali
sendiri.
Kenangan memang
tidak enak untuk diputar pita rekamannya ketika sendirian. Sebisa mungkin,
kalau mau mengenang masa lalu, ada orang ketika kenangan itu terjadi
membersamai kita mengingat masa lalu. Namun sebaiknya, sudahlah simpan saja
kenangan. Atau, putar sekali saja; catat pelajaran yang membersamainya; lalu
ingat-ingat pelajarannya saja--tanpa kenangan itu sendiri.
Atau, yah, kita
musti kuat menghadapi badai kerinduan, sesal, takut ketika mengingat masa lalu,
demi kebaikan di masa sekarang. Untuk hidup yang lebih baik.
Siapa lagi teman
sejati kalau bukan diri sendiri? Dan, diri sendiri adalah apa yang kita
lakukan. Tindakan kita. Perbuatan kita. Amal kita.
Ketika sendiri,
rasanya ingin pergi ke tempat teman-teman berada. Meski raga ini sendiri,
setidaknya ada keramaian di jejaring sosial: facebook atau twitter. Kita
sekarang ini mudah sekali berkumpul dalam keramaian meski berbeda tempat. Maka,
tidak ada yang namanya kesepian. Tapi apakah keramaian yang kita cari, ketika
sepi menjadi teman duduk kita? Tentu bukan.
Banyak yang datang,
tapi semuanya akan pergi. Tinggallah seorang diri.
Banyak hal yang bisa
kita lakukan seorang diri. Dalam arti, ketika memang kita harus sendiri, kita
bisa melakukannya. Tak mengandalkan orang lain. Tak bersandar pada orang lain.
Bahkan diri sendiri
akan ditinggalkan, bagaimana mungkin kita harus peduli dengan embel embel
keduniaan?
Dan, bagaimana
mungkin seseorang akan kesepian jika Allah lebih dekat dari urat nadinya
sendiri?
Ketika saya
membutuhkan sesuatu, maka cukuplah diri ini sendiri yan mengusahakannya. Maksud
saya, diri ini mandiri itu. Berdiri pada kaki sendiri.
Masih sendiri,
@elmabruri
ditulis Maret 2013
No comments:
Post a Comment