Dari Masjid Istiqlal
kami bertolak ke Monas dengan sepeda motor. Sebagai warga Jakarta yang newbie, kami tak menyangka malam iduladha akan
semacet ini, dan banyak jalan ditutup dan dialihkan. Sehingga kami sukses
berputar-putar tanpa bisa mencapai Monas yang hanya sepelemparan batu dari
Istiqlal. Ternyata euforia hari raya Islam sama saja dengan di kampung saya:
banyak orang berbondong ke pusat kota untuk mengekspresikan suatu perayaan.
Setelah menyerah
oleh kebingungan urusan arah jalan yang sebenarnya hanya keliru satu-dua blok
dari Medan Merdeka, kami kembali ke Istiqlal untuk memarkir kendaraan. Lebih
baik jalan kaki saja. Nah, sewaktu jalan saya dikenali dan dipanggil oleh
seorang teman --berdua memakai sepeda motor-- yang waktu itu tidak saya ketahui
identitasnya. Setelah saya konfirmasi, belakangan saya tahu mereka adalah
kenalan sejak di kampus. Jika tebakan saya benar, mereka juga berkunjung ke
acara itu lantaran ada Kyai Kanjeng sebagai salah satu pengisi acara. (kemudian
dari mereka pula saya tahu bahwa Kyai Kanjeng tidak hadir.)
Tujuan saya
menghadiri "Jakarta Night Religious Festival" adalah menjawab rasa
penasaran saya terhadap sosok Kyai Kanjeng yang bagi beberapa orang termasuk
tokoh penting, bahkan ternyata sudah go
international. Sementara teman saya tertarik dengan Opick --dan mungkin
juga Sulis. Kepada salah satu event organizer
saya sempat bertanya soal rundown acara.
Waktu itu masih pukul 21 lebih, masih acara-acara pembuka. Di susunan acara itu
tidak ada nama pengisi Kyai Kanjeng sedang Opick dan Sulis akan berpentas
sekitar pukul 23, maka kami memutuskan pulang tak lama setelah kami sampai.
Tapi setidaknya teman saya membeli oleh-oleh dari lapak-lapak yang digelar di
pintu timur laut Monas.
Namanya juga acara
bertempat di area publik, pengunjung acara ini bercampur-campur penampilannya.
Meski mengusung nama 'religious', kenyataannya di luar dugaan dan harapan saya.
Tentunya dengan pandangan saya soal religiusitas dengan penggagas acara yang
berbeda, saya menilai acara ini jauh dari substansi. Lebih cenderung kepada
hiburan daripada perayaan iduladha sebagai bentuk syiar kepada masyarakat
Jakarta.
However, this is JAKARTA!!! :-)
Meski terlambat, selamat hari raya Iduladha 1434 H.
@elmabruri
No comments:
Post a Comment