Mumpung masih muda,
berkelanalah. Iya, berkelana bagus kalau tujuannya mencari ilmu. Seperti Imam
Bukhori yang meninggalkan rumah dan ibu untuk menjelajahi negara-negara demi
mengumpulkan hadist, mengikuti langkah demi langkah nabinya. Nah, sekarang, ilmu
apa yang akan kudapatkan dari menjelajah selain ilmu dunia?
![]() |
Menunggu Prameks @Stasiun Tugu Sumber: dokumen pribadi |
Yang dimaksud dari arti menjelajah sekarang ini tidaklah seperti merantau dan berpindah-pindah. Sekarang ini, berkelana berarti menyusuri tanah-tanah asing langkah demi langkah, dari satu tempat ke tempat lainnya. Seperti misalnya: Trinity Traveler yang saat ini sedang melakukan perjalanan keliling dunia selama 1 tahun. Perjalanan seperti ini, yang didapatkan adalah pengalaman dan pengetahuan. Mungkin kita akan menemukan pemahaman tentang hidup dari perkelanaan kita. Tapi bisakah kita belajar, misalnya, penghayatan dan penghafalan al Qur'an?
Dalam pandanganku,
berkelana yang baik itu seperti perjalanan para pemuda-ksatria jaman-jaman
dulu: Jaka Tarub, Jaka Umbaran, Jaka Tingkir, Jaka Sembung, dan Jaka-jaka
lainnya. Mereka berkelana, tinggal beberapa lama di suatu kampung, berguru
kepada tetua kampung itu, baru melanjutkan perjalanan. Seperti juga imam-imam
besar generasi Salaf. Beberapa tahun mereka tinggal di Baghdad untuk menimba
ilmu pada seorang guru. Kemudian berpindah ke Hijaz beberapa tahun. Di Makkah
beberapa tahun. Di Mesir beberapa tahun. Mereka benar-benar meninggalkan
kampung halamannya, orang tua, dan orang-orang terkasih, bukan sekedar
menikmati dinamisnya ekosistem yang kita lalui.
Menulis ini,
sebenarnya saya ingin tahu alasan baik apa yang bisa dijadikan niatan untuk
melakukan suatu perjalanan, berkelana, berjelajah, melihat tempat-tempat asing.
Just tell me.
No comments:
Post a Comment