Search for Extraterrestial Intelligence (SETI) adalah ambisi
NASA untuk mencari kemungkinan adanya kehidupan lain di luar Bumi. Selain itu,
mereka juga mencari rumah cadangan bila Bumi tak lagi kuat menampung kerakusan
manusia. Kelihatannya mustahil, apalagi bila dipikir dari sudut padang orang
Jakarta yang masih mencari cara agar datang ke kantor tidak terlambat. Tapi ya
biarlah. Jikapun tidak menemukan planet yang senyaman Bumi, program ini
mendorong banyak penemuan baru di bidang sains dan teknologi. Ada pula yang
menemukan hidayah karenanya.
Mereka adalah orang-orang Utara, Amerika dan Rusia, yang
berlomba melintasi langit. Seperti kata-kata Tuhan pada Surat Ar Rahman (55)
Ayat 33, “Wahai golongan manusia jika kamu mampu menembus melintasi penjuru
langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali
dengan kekuatan (dari Allah)”.
Terminologi langit dan bumi jelas ada di al Quran. Nah, di dunia perbintangan sepanjang yang saya tahu, dan sesuai dengan logika berpikir, semua ruang yang ada selain Bumi, adalah langit. Ohya, ada satu hal yang penting: bahwa langit itu bukan hanya di atas kita, tapi juga di bawah kita. Langit itu mengelilingi Bumi. Ruang selain Bumi adalah langit.
Bagaimana langit menghitung umur, sementara hari yang dua puluh
empat jam hanya ada di bumi? Tentunya langit mempunyai satuan hitung yang beda.
Tapi langit tetaplah langit, dan saya ingin ke sana. Atau sebenarnya kita ada
di sana sih. Kan satuan hari memang hanya berdasarkan satu kali putaran Bumi
pada porosnya. Nah, kalau suatu planet berotasi lambat setara 1000 tahun Bumi,
kan sesuai firman Sang Pencipta langit dan bumi dan sebagaimana dijelaskan oleh
Sang Nabi, bahwa satu hari di sana setara dengan 1000 tahun Bumi.
Jangan-jangan, surga dan neraka itu berada dalam suatu
sistem tata surya yang sama, seperti tata surya kita dengan matahari sebagai
pusatnya. Misalnya, neraka itu sebuah bintang yang sudah pasti panas dan
berapi. Dengan ukuran sebesar Bait Al Jauza a.k.a Betelgeuse (beta Orion)
insyaAllah cukup menampung seluruh manusia berdosa yang pernah hidup di Bumi.
Sedangkan surga adalah planet semacam Bumi, misalnya ada tujuh buah. Kalau
belum cukup, ukuran planet surga bisa lebih besar lagi.
Akhirat tentu saja soal ruang dan waktu. Dilihat dari sisi
waktu, jelas akhirat adalah fase yang terjadi setelah urusan dunia selesai,
ditandai dengan kiamat. Akhirat juga melibatkan ruang: alam kubur, padang
Mahsyar, surga, dan neraka. Bisa jadi, ruang-ruang akhirat sama saja dengan
ruangan saat ini. Misalnya, ketika Bumi telah diporakporandakan untuk
memastikan semua manusia mati, melalui proses alamiah, Bumi bisa kembali
‘hijau’ sesuai gambaran surga. Barulah manusia dibangkitkan, sebagian dilempar
ke neraka berbentuk Matahari. Ingat, ada sabda Nabi tentang sebuah gunung di
surga yang adalah gunung yang sama yang telah eksis di Bumi.
Sebuah planet
disebut Super Earth atau
planet mirip Bumi sebenarnya hanya dilihat dari ukurannya yang mirip bumi,
tidak mencakup kemungkinan manusia hidup di sana (manusia dengan spesifikasi
saat ini). Sebab, penghuni surga konon makan tanpa perlu eksresi, bercinta
tanpa lemas, dlsb. Jadi, bolehlah kita mendefinisikan, di blog ini, super
earth merupakan suatu planet yang habitable atau sebuah taman yang
menggantung di langit dalam rupa planet. Sebagian orang menyebutnya surga.
Belejar tentang alam begini lebih nyes di hati ya, jadi agak
paham dikit-dikit soal agama ini dan Penciptanya. Lalu kenapa kamu tinggalkan
ini untuk belajar roti kering akuntansi? Ah sudahlaaa.
Yah, kita masih mencari super earth, tempat tinggal
yang lebih baik dari dunia ini, Bumi yang tua renta ini semakin dekat kepada
kematiannya sebaik apapun kita menjaganya. Setiap orang berhak memilih jalannya
sendiri mencari super earth. Jika kita bukan ilmuan astronomi, sebaiknya
mengikuti jalan para ahli ibadah untuk menemukan super earth itu.
Salam,
AM
"Ohya, ada satu hal yang penting: bahwa langit itu bukan hanya di atas kita, tapi juga di bawah kita. Langit itu mengelilingi Bumi. Ruang selain Bumi adalah langit."
ReplyDelete>>>> Apakah cara pikir Flat Earth Society seperti ini juga ya?
Overall, sukak bahasan ini kak Brur. Ruang dan waktu, beyond the world, memang selalu melibatkan sisi ilmiah, filosofi, dan spiritual. Well done! Lanjut lagi ya episode lainnya.
justru flat earth society harusnya hanya menganggap langit ada di atas, sebagaimana sebagian org juga menganggap doa 'naik' ke atas atau Tuhan 'turun' di sepertiga malam, mengartikan scr harfiah. tp aku ga trlalu paham ama mereka.
ReplyDeleteperlu kopi juga sepertinya...